2. Ada sesuatu yang salah dengan proses
pendidikan
• Sebelum Sekolah
2. Anak lincah
3. Selalu belajar apa yang diinginkannya
dengan gembira, riang
4. Menggunakan segala sesuatu yang
terdapat di sekitarnya, yang menarik
perhatiannya
5. Anak membangun sendiri pengetahuan
dan pemahaman lewat pengalaman nyata
sehari-hari
3. Setelah Sekolah
2. Anak dipaksa belajar dengan cara guru
3. Suasana tegang
4. Seringkali tidak bermakna
5. Seringkali siswa belajar sesuatu tidak
menarik perhatiannya
6. Telah terjadi “penjinakan” pada anak
7. Makin tinggi kelas anak, makin kurang
inisiatif dan keberanian
bertanya/mengemukakan pendapatnya
4. Sampai saat inipun kalau kita berbicara mengenai
PBM di sekolah seringkali membuat kita kecewa,
apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa
terhadap materi ajar.
Mengapa ?
5. Banyak siswa mampu menyajikan
tingkat hapalan yang baik
terhadap materi ajar yang
diterimanya, tetapi pada
kenyataannya mereka tidak
memahaminya.
Sebagian besar dari siswa tidak
mampu menghubungkan antara apa
yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut
akan dipergunakan/dimanfaatkan.
6. Siswa memiliki kesulitan untuk
memahami konsep akademik
sebagaimana mereka biasa diajarkan
yaitu dengan mengguna-kan sesuatu
yang abstrak dan metode ceramah.
Padahal mereka sangat butuh untuk
dapat memahami konsep-konsep yang
berhubungan dengan lingkungan dan
masyarakat pada umumnya dimana
mereka akan hidup dan bekerja.
7. PERMASALAHANNYA
2. Bagaimana menemukan cara terbaik
untuk menyampaikan berbagai konsep
yang diajarkan di dalam mata pelajaran
tertentu, sehingga semua siswa dapat
menggunakan dan mengingatnya lebih
lama konsep tersebut ?.
8. 1. Bagaimana setiap individual mata
pelajaran dipahami sebagai bagian yang
saling berhubungan dan membentuk satu
pemahaman yang utuh ?.
Bagaimana seorang guru dapat ber-
komunikasi secara efektif dengan
siswanya yang selalu bertanya-tanya
tentang alasan dari sesuatu, arti dari
sesuatu, dan hubungan dari apa yang
mereka pelajari ?.
9. 1. Bagaimana guru dapat membuka
wawasan berpikir yang beragam dari
siswa, sehingga mereka dapat
mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengkaitkannya dengan kehidupan nyata,
sehingga dapat membuka berbagai pintu
kesempatan selama hidupnya ?.
“Tantangan yang dihadapi oleh guru setiap
hari dan merupakan tantangan bagi
pengembang kurikulum”.
10. PENGALAMAN BERHARGA
Pengalaman di negara lain
menun-jukkan bahwa minat dan
prestasi siswa dalam bidang
matematika, sains, dan bahasa
meningkat secara drastis pada
saat;
11. 1. Mereka dibantu untuk membangun
keterkaitan antara informasi
(pengetahuan) baru dengan penga-
laman (pengetahuan lain) yang telah
mereka miliki atau mereka kuasai.
Mereka diajarkan bagaimana
mereka mempelajari konsep, dan
bagaimana konsep tersebut dapat
dipergunakan di luar kelas.
12. 1. Mereka diperkenankan untuk
bekerja secara bersama-sama
(cooperative)
Meningkatnya minat dan prestasi
siswa tersebut dicapai, karena guru
menggunakan suatu pendekatan
pembelajaran dan pengajaran
kontekstual.
13. PERBEDAAN
CTLTRADISIONAL
NO. CTL TRADISONAL
1. Menyandarkan pada Menyandarkan pada
memori spasial hapalan
(pemahaman makna)
2. Pemilihan informasi Pemilihan informasi di-
berdasarkan kebutuh- tentukan oleh guru
an siswa
3. Siswa terlibat secara Siswa secara pasif
aktif dalam proses menerima informasi
pembelajaran
14. NO. CTL TRADISONAL
4. Pembelajaran Pembelajaran
dikaitkan dengan sangat abstrak dan
kehidupan teoritis
nyata/-masalah
yang disi-
5. mulasikan
Selalu Memberikan
mengkaitkan tumpukan
informasi dengan informasi kepada
pengetahuan siswa sampai
6. yang telah
Cenderung saatnya diperlukan
Cenderung terfokus
dimiliki siswa
mengintegrasika pada satu bidang
n beberapa (disiplin) tertentu
bidang
15. NO. CTL TRADISONAL
7. Siswa menggunakan Waktu belajar siswa se-
waktu belajarnya bagian besar dipergu-
untuk menemukan, nakan untuk mengerja-
menggali, berdiskusi, kan buku tugas, men-
berpikir kritis, atau dengar ceramah, dan
mengerjakan proyek mengisi latihan yang
dan pemecahan membosankan (melalui
masalah (melalui kerja individual)
kerja kelompok)
8. Perilaku dibangun Perilaku dibangun atas
atas kesadaran diri kebiasaan
16. NO. CTL TRADISONAL
9. Keterampilan dikem- Keterampilan dikem-
bangkan atas dasar bangkan atas dasar
pemahaman latihan
10. Hadiah dari perilaku Hadiah dari perilaku
baik adalah kepuasan baik adalah pujian atau
diri nilai (angka) rapor
11. Siswa tidak melakukan Siswa tidak melakukan
hal yang buruk karena sesuatu yang buruk
sadar hal tsb keliru karena takut akan
dan merugikan hukuman
17. NO. CTL TRADISONAL
12. Perilaku baik berdasar- Perilaku baik berdasar-
kan motivasi intrinsik kan motivasi ekstrinsik
13. Pembelajaran terjadi di Pembelajaran hanya
berbagai tempat, terjadi dalam kelas
konteks dan setting
14. Hasil belajar diukur Hasil belajar diukur
melalui penerapan melalui kegiatan
penilaian autentik. akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan.
18. PENGERTIAN CTL
Pembelajaran/pengajaran kontekstual merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/-
konteks lainnya.
19. KOMPONEN CTL
• Membuat hubungan yang bermakna (making
meaningful connections) antara sekolah dan konteks
kehidupan nyata, sehingga siswa merasakan bahwa
belajar penting untuk masa depannya.
• Melakukan pekerjaan yang siginifikan (doing
significant work). Pekerjaan yang memiliki suatu
tujuan, memiliki kepedulian terhadap orang lain, ikut
serta dalam menentukan pilihan, dan menghasilkan
produk.
20. • Pembelajaran mandiri (self-regulated learning)
yang membangun minat individual siswa untuk
bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka
mencapai tujuan yang bermakna dengan
mengaitkan antara materi ajar dan konteks
kehidupan sehari-hari.
• Bekerjasama (collaborating) untuk membantu
siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka untuk mengerti bagaimana
berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain dan
dampak apa yang ditimbulkannya.
21. • Berpikir kritis dan kreatif (critical and
creative thingking); siswa diwajibkan untuk
memanfaatkan berpikir kritis dan
kreatifnya dalam pengumpulan, analisis
dan sintesa data, memahami suatu
isu/fakta dan pemecahan masalah.
• Pendewasaan individu (nurturing
individual) dengan mengenalnya,
memberikan perhatian, mempunyai
harapan tinggi terhadap siswa dan
memotivasinya.
22. • Pencapaian standar yang tinggi (reaching high
standards) melalui pengidentifikasian tujuan
dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
• Menggunakan penilaian autentik (using
authentic assessment) yang menantang siswa
agar dapat menggunakan informasi akademis
baru dan keterampilannya kedalam situasi
nyata untuk tujuan yang signifikan.
23. TEORI YANG
MELANDASI CTL
• Knowledge-Based Constructivism,
menekankan kepada pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka
lewat keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar.
• Effort-Based Learning/Incremental Theory
of Intellegence; Bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar akan memotivasi
seseorang untuk terlibat dalam kegiatan
yang berkaitan dengan komitmen untuk
belajar.
24. Socialization; yang menekankan bahwa
belajar merupakan proses sosial yang
menentukan tujuan belajar, oleh karenanya,
faktor sosial dan budaya perlu diperhatikan
selama perencanaan pengajaran.
Situated Learning; pengetahuan dan
pembelajaran harus dikondisikan dalam fisik
tertentu dan konteks sosial (masyarakat,
rumah, dsb) dalam mencapai tujuan belajar.
Distributed Learning; manusia merupakan
bagian terintegrasi dari proses pembelajaran,
oleh karenanya harus berbagi pengetahuan
dan tugas-tugas
25. PENDEKATAN CTL
Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah dalam rangka memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi
pelajaran.
Authentic Instruction, yaitu pendekatan
pengajaran yang menperkenankan siswa untuk
mempelajari konteks bermakna melalui
pengembangan keterampilan berpikir dan
pemecahan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
26. Inquiry-Based Learning; pendekatan pembelajaran
yang mengikuti metodologi sains dan memberi ke-
sempatan untuk pembelajaran bermakna.
Project-Based Learning; pendekatan pembelajaran
yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri
dalam mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan
dan keterampilan baru), dan mengkulminasikannya
dalam produk nyata.
Work-Based Learning; pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa menggunakan konteks
tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan
menggunakannya kembali di tempat kerja.
27. Service Learning, yaitu pendekatan
pembelajar-an yang menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru dan
berbagai keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat melalui proyek/tugas
terstruktur dan kegiatan lainnya.
Cooperative Learning, yaitu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan kelompok
kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka
memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
28. IMPLEMENTASI CTL
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk
dapat mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran
kontekstual guru seharusnya;
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan
perkem-bangan mental (developmentally
appropriate) siswa.
Membentuk group belajar yang saling
tergantung (interdependent learning groups).
Mempertimbangan keragaman siswa (disversity
of students).
29. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembe-
lajaran mandiri (self-regulated learning) dengan 3
karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, peng-
gunaan strategi dan motivasi berkelanjutan).
Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelli-
gences) siswa.
Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan
pemecahan masalah dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
30. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan
belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan
untuk bekerja, menemukan, dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
(contructivism).
Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
melalui penemuannya sendiri (bukan hasil
mengingat sejumlah fakta).
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui
pengajuan pertanyaan (quesioning).
31. • Menciptakan masyarakat belajar (learning
community) dengan membangun kerjasama
antar siswa.
• Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa
dapat menirunya untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan baru.
• Mengarahkan siswa untuk merefleksikan
tentang apa yang sudah dipelajari.
• Menerapkan penilaian autentik (authentic
assessment).
32. Sedangkan berkaitan dengan faktor peran guru,
agar proses pengajaran kontekstual dapat lebih
efektif, maka guru seharusnya;
Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang
akan dipelajari oleh siswa.
Memahami latar belakang dan pengalaman hidup
siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat
tinggal siswa, selanjutnya memilih dan
mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang
akan dibahas.
33. ► Merancang pengajaran dengan mengkaitkan
konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman siswa dan
lingkungan kehidupannya.
► Melaksanakan pengajaran dengan selalu
mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang
sedang dipelajari dengan
pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan
fenomena kehidupan sehari-hari, serta
mendorong siswa untuk membangun
kesimpulan yang merupakan pemahaman
siswa terhadap konsep atau teori yang sedang
dipelajarinya.
► Melakukan penilaian autentik (authentic
assessment) yang memungkinkan siswa untuk
menunjukkan penguasaan tujuan dan
pemahaman yang mendalam terhadap
pembelajarannya, sekaligus pada saat yang
34. PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang
diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian
alternatif yang memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan menyelesaikan masalah.
Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang
dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan
sekolah (Hymes, 1991).
Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan
prestasi (performance) siswa yang ditemui di dalam
praktek dunia nyata.
35. TUJUAN PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi
kemampuan siswa dalam konteks dunia
nyata. Dengan kata lain, siswa belajar
bagaimana mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas
yang autentik.
Melalui penilaian autentik ini, diharapkan ber-
bagai informasi yang absah/benar dan akurat
dapat terjaring berkaitan dengan apa yang
benar-benar diketahui dan dapat dilakukan
oleh siswa atau tentang kualitas program
pendidikan.
36. STRATEGI PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian kinerja (Performance assessment) yang
dikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan dan ke-terampilannya
(apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan) pada
berbagai situasi nyata dan konteks tertentu.
Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek
(System Observation – short investigation) yang ber-
manfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak
aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa.
37. Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi
sistematik, ia memberikan stimulus dan bertanya
kepada siswa untuk memberikan tanggapan
(respond). Tanggapan ini dapat berupa, antara lain
(i) suatu tulisan singkat atau jawaban lisan; (ii)
suatu pemecahan matematik; (iii) suatu gambar;
(iv) suatu diagram, chart atau grafik.
Portefolio (Portfolio) adalah koleksi/kumpulan dari
berbagai ketrampilan, ide, minat dan keberhasilan
atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu
(Hart, 1994). Koleksi tersebut memberikan
gambaran perkembangan siswa setiap saat.
38. Kajian/penilaian pribadi (self assessment)Siswa
untuk mengevaluasi partisipasi, proses dan produk
mereka. Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar
dalam kajian pribadi.
Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi
dimana siswa berpikir tentang proses belajar dan
hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide, minat dan
pengalamannya. Dengan kata lain jurnal membantu
siswa dalam mengorgani-sasikan cara berpikirnya
dan menuangkannya secara eksplisit dalam bentuk
gambar, tulisan dan bentuk lainnya.
39. DIAGRAM SISTEM DUKUNGAN
UNTUK PELAKSANAAN CTL
Pembelajaran Siswa
Pengajaran
Dukungan Dukungan
Keorganisasian Sekolah Masyarakat
40. Diagram tsb menunjukkan bahwa tujuan
akhir pelaksanaan CTL adalah mendukung
pembelajaran yang berkualitas bagi siswa.
• Untuk itu, setiap orang di sekolah terlebih
dahulu menyetujui tentang apa yang akan
dipelajari oleh siswa dan strategi apa yang
akan digunakan.
• Keorganisasian sekolah juga sedapat mungkin
harus mendukung keterlaksanaan proses
pembelajaran dimanapun (ruang kelas, sekolah
atau masyarakat).
• Terakhir, dukungan eksternal dari masyarakat
adalah dalam hal penyediaan sumber dorongan
yang dapat membantu siswa dan pendidik
menciptakan lingkungan belajar mengajar yang
berkualitas.